English version
See also:

Polisi Indonesia siap beraksi

KERIS, pelatihan mendalam untuk polisi, jaksa dan petugas peradilan di Indonesia

 



Semarang (Indonesia), 2 September 2011 - Yuni Haryanti menatap tajam pada monitor di depannya, terpaku oleh reaksi tim polisi di kamar yang berdekatan sembari menanggapi keadaan darurat pada komputer simulasi. "Aku benar-benar terpukau dalam apa yang saya lihat dan apa yang kita lakukan," kata Ibu Haryanti, salah satu dari enam anggota pengajar nasional untuk proyek Kejahatan Transnasional dan Peradilan Pidana Kantor PBB untuk Masalah Obat-obatan Terlarang dan Tindak Kejahatan (UNODC). "KERIS seperti pelatihan dengan pengalaman belajar yang sangat dinamis!"

Dinamakan berdasar senjata tradisional Indonesia, KERIS adalah sistem belajar mutakhir Pusat Kerjasama Penegakan Hukum Jakarta (JCLEC). Didanai oleh Uni Eropa sebagai bagian dari proyek UNODC , KERIS menggunakan dokumen tertulis, sirkuit video tertutup dan audio untuk melatih penegak hukum dan petugas bantuan bencana. Sistem ini mampu memantau dalam waktu nyata proses pengambilan keputusan selama latihan insiden kritis dan juga dapat digunakan untuk pelatihan operasional dan investigasi.



Seperti 29 rekannya pada sesi ini, Ibu Haryanti tidak pernah mengalami pelatihan semacam ini sebelumnya. Sebagai hasil dari pelatihan, Ibu Haryanti, seorang pemegang gelar Master Hukum dan Master Keuangan dengan pengalaman 12 tahun dengan lembaga internasional, berharap agar dapat mengembangkan program pelatihan untuk memerangi pencucian uang dan penipuan dalam penyelidikan kejahatan transnasional. "Pengalaman ini memperluas pengetahuan dan keahlian. KERIS adalah program sempurna untuk mengidentifikasi dan mendiskusikan praktik terbaik," katanya.

KERIS merupakan pelatihan yang mutakhir dan intens. "Siswa menyatu dalam pengalaman yang menyediakan intensitas sedekat dengan 'peristiwa nyata'," kata pelatih utama Dick Barton, dari Badan Pengembangan Perpolisian Nasional Akademi Kepolisian Bramshill di Inggris. "Jenis pembelajaran berdasarkan pengalaman adalah penting bagi sistem belajar yang berpusat pada siswa".

Selama latihan KERIS, siswa dibagi menjadi tim dan ditempatkan di beberapa ruangan. Ketika mereka bereaksi terhadap bencana seperti yang terbentang di layar komputer mereka, keputusan mereka dipantau oleh pelatih di ruang kontrol melalui sirkuit TV. Dengan segala rekaman yang terjadi, KERIS memungkinkan pelatih dan siswa untuk mendapatkan wawasan jauh ke dalam pengambilan keputusan. Pelatihan Simulasi memungkinkan kolaborasi dengan lembaga-lembaga lainnya dan mitra. Peserta harus membuat keputusan penting dalam lingkungan yang aman namun menantang dan yang memungkinkan lembaga untuk menguji kebijakan, prosedur, strategi dan taktik.

Siswa dan pelatih dalam sesi Ibu Haryanti datang dari berbagai tempat pelatihan Kepolisian Negara Republik Indonesia, seperti Pusat Pendidikan Intelijen dan Sekolah Pimpinan Polri.

LATAR BELAKANG
Proyek Kejahatan Transnasional dan Peradilan Pidana UNODC adalah proyek tiga tahun untuk merancang dan memberikan program pelatihan di Pusat Kerjasama Penegakan Hukum Jakarta dan didanai oleh Uni Eropa dengan mitra pelaksana dari Kemitraan, Badan Pengembangan Perpolisian Nasional Inggris, Universitas Charles Sturt Australia.

Proyek Kejahatan Transnasional dan Peradilan Pidana memberikan delapan program pada penyelidikan kejahatan transnasional dan keuangan serta standar profesional, manajemen dan kepemimpinan. Diharapkan bahwa kegiatan proyek akan mengembangkan hubungan kerja dan meningkatkan pemahaman umum antara berbagai lembaga penegak hukum di Indonesia.

Peserta pelatihan meliputi perwira senior Kepolisian Negara Republik Indonesia, anggota kehakiman, peneliti di Direktorat Tindak Pidana Korupsi Badan Resort Kriminal, jaksa dari Divisi Pidana Khusus Kejaksaan Agung Indonesia, Komisi Pemberantasan Korupsi dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan.